Breaking News
Bagi bapak ibu yang mau menerbitkan artikel di KilasRakyat.com bisa kontak kami melalui whatsaap/Telpon/Sms di 081241591996. Kami Tunggu yaa (GRATIS... TIS.... TIS)

UGM Dan Yandex Gelar Kampanye Kecerdasan Buatan, Kominfo Dorong Pengembangan Etika AI Dalam Pendidikan

ugm dan yandex gelar kampanye kecerdasan buatan kominfo dorong pengembangan etika ai dalam pendidikan d9ae8c9

KILASRAKYAT.COM – Perusahaan teknologi internasional, bekerja sama dengan Fakultas Filsafat menggelar kampanye (AI) melalui seminar.

Seminar tersebut menguraikan lanskap AI di Indonesia, termasuk eksplorasi praktik terbaik AI dan mendiskusikan bagaimana AI dapat membantu menciptakan lingkungan digital yang lebih aman.

Ads

VP Strategy Search, Alexander Popovskiy menyatakan, saat ini penggunaan AI di Indonesia masih terbuka lebar.

“Kami mengapresiasi Indonesia yang menaruh perhatian terhadap perkembangan AI,” ujarnya dalam Seminar Perkembangan Terkini : AI Generatif, Pertimbangan Etis, Eksplorasi Pengalaman Global di Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta , Rabu (27/12/2023).

Alex juga menjelaskan bahwa Yandex bekerja sama dengan pemerintah, industri, dan universitas di Indonesia untuk memberikan pengetahuan dan berbagi pengalaman dalam penggunaan teknologi AI.

Ia juga yakin perusahaan penyedia layanan mesin pencari ini akan berkontribusi terhadap komunitas digital dan teknologi di Indonesia serta pembangunan secara keseluruhan.

“Tujuan kami tidak hanya menciptakan forum untuk berbagi pengalaman yang relevan, tetapi juga untuk memberi nilai tambah pada topik AI dan perannya dalam menciptakan lingkungan teknologi yang lebih aman,” katanya.

Hal ini menunjukkan bahwa AI bertujuan untuk membawa perubahan positif di semua bidang kehidupan dan mendorong lingkungan digital yang lebih aman.

Sebagai perusahaan yang mengembangkan solusi kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin, Yandex sangat tertarik dengan etika AI.

Yandex juga berupaya menciptakan model pembelajaran mesin yang berguna dan berguna bagi manusia.

Sementara itu, Dekan Fakultas Filsafat UGM, Dr Siti Murtiningsih, mengatakan pihak kampus mempunyai keprihatinan yang serius terhadap perkembangan AI yang akhir-akhir ini sulit diprediksi.

“Fakultas Filsafat mempunyai tanggung jawab untuk berpartisipasi agar pemanfaatan AI dapat selaras dengan pekerjaan manusia,” tuturnya.

Hal itu, lanjutnya, perlu dilakukan agar teknologi tidak menggantikan peran manusia. Melainkan merupakan perpanjangan tangan untuk membantu pekerjaan manusia.

Untuk mendukung hal tersebut, Fakultas Filsafat UGM telah melakukan kajian dan penelitian terkait pemanfaatan teknologi AI.

“Kami telah bekerja sama selama beberapa tahun dengan UNESCO untuk menyusun Pedoman Etika AI serta dengan Universitas Nottingham, Inggris, untuk penelitian bersama mengenai Etika AI,” tuturnya.

Kerjasama ini telah memasuki tahun kedua kerjasama dalam penyusunan Pedoman Etika AI dalam dunia pendidikan serta pelatihan dan pendidikan bagi perwakilan guru di seluruh dunia.

Langkah UGM ini juga mendapat dukungan dari Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria, yang turut hadir dalam seminar tersebut.

Nezar mendukung kegiatan penelitian dan kajian mengenai etika penggunaan teknologi AI di sektor industri dan pendidikan.

sangat mendukung kegiatan lembaga pendidikan dan lembaga penelitian yang menaruh perhatian pada pengembangan AI.”

“Namun, teknologi intelijen digital bukanlah hal baru dan kini semakin banyak digunakan,” tuturnya.

Hal ini sejalan dengan komitmen dalam membantu pengembangan ekosistem AI di Indonesia.

Termasuk langkah memaksimalkan AI untuk meminimalkan risikonya.

“Perkembangan AI sudah menjadi perhatian global dengan mengedepankan manfaat teknologi AI dan dari sisi etika, meminimalisir risiko yang ada agar tidak merugikan,” jelasnya.

Di sisi lain, Menteri Komunikasi dan Informatika mengeluarkan Surat Edaran tentang Etika Kecerdasan Buatan pada 19 Desember 2023.

Surat edaran ini, kata Nezar, menjadi pedoman bagi organisasi publik dan swasta dalam menerapkan kebijakan dan memanfaatkan AI.

Meski belum berdampak hukum, namun SE tersebut diharapkan bisa menjadi acuan awal aturan selanjutnya.

Termasuk bagi dunia pendidikan, Nezar mendorong dikembangkannya pedoman etika tersendiri oleh otoritas terkait agar dapat menjadi pedoman bagi civitas akademika.

Menurut Wamenkominfo, pemanfaatan teknologi AI di kalangan sivitas akademika menjadi tantangan tersendiri karena ada prinsip etika khususnya kejujuran dan transparansi.

“Peraturan internal bisa dibuat sendiri dengan bantuan teknologi yang ada. Misalnya jika ada plagiarisme bisa dicek menggunakan yang ada saat ini,” he dikatakan.

Ketua Masyarakat AI Indonesia, Dr Ir Lukas, mengatakan teknologi AI yang ada di komunitasnya tidak hanya diperuntukkan bagi penggunanya saja, namun ditujukan untuk dapat menguasai keterampilan teknologi AI.

“Mau tidak mau, kita menerima sesuatu yang baru dengan penuh kesadaran, tidak sekedar sebagai konsumen,” tutupnya.